sponsor5

Saturday, April 30, 2016

KISAH SAHABAT NABI MUHAMMAD ( SA’ID BIN ZAID R.a)



KISAH PARA SAHABAT NABI MUHAMMAD
SA’ID BIN ZAID RA

Sa’id bin zaid al adawy ra merupakan termasuk kelompok sahabat yang memeluk islam pada masa-masa  awal, sehingga ia termasuk dalam kelompok as sabiqunal awwalun. Ia memeluk islam bersama istrinya, fathimah binti khaththab, adik dari umar bin khaththab. Sejak masa remajanya  di masa jahiliah, ia tidak pernah mengikuti perbuatan-perbuatan yang umumnya dilakukan oleh kaum quraisy, seperti menyembah berhala, bermain judi, bermabuk-mabukan minum –minuman keras, main wanita  dan perbuatan nista lainnya. Sikap dan pandangan hidupnya ini ternyata ia warisi dari sang ayahnya, zaid bin amru telah meyakini kebenaran agama Ibrahim, tetapi tidak mengikuti agama yahudi dan nasrani yang menurutnya telah jauh menyimpang dari agama Ibrahim. Ia tidak segan mencela cara-cara peribadatan dan perbuatan orang yahudi dan nasrani dan kaum quraisy tanpa rasa takut sedikitpun. Ia pernah bersandar di dinding ka’bah ketikan kaum quraisy melakukan ritual-ritual penyembahannya, dan ia berkata apakah tidak ada di antara kalian yang menganut agama Ibrahim selain aku??”
Zaid bin amru juga sangat aktif menentang kebiasaan kaum quraisy mengubur hidup-hidup anank peremppuan mereka, karena dianggab sebagai aib keluarga, seperti yang pernah dilakukan oleh umar bin khaththab di masa jahiliahnya. Ia selalu menawarkan diri untuk mengasuh anak perempuan tersebut. Ia juga selalumenolak memakan daging yang disembelih tidak menyebutkan nama allah saat penyembelihannya, dan juga penyembelihan untuk berhala-berhala mereka.
Seakan dia memperoleh ilham, ia pernah berkata kepada sahabat dan kerabatnya “aku sedang menunggu seorang nabi dari keturunan ismail, hanya saja, rasanya aku tidak akan sempat melihatnya, tetapi saya beriman kepadanya dan meyakini kebenarannya…….!!!
Zaid bin amru sempat bertemu dan bergaul dengan nabi Muhammad saw sebelum beliau dikukuhkan sebagai nabi dan rosul sosok pemuda ini ( yakni nabi Muhammad saw ) sangat ia kagumi, disamping akhlaknya yang mulia, pemuda ini juga mempunyai pandangan yang sama dengannya tentang kebiasaan dan ritual jahiliah kaum quraisy. Tetapi zaid meninggal ketika kaum quraisy sedan memperbaiki ka’bah, yakni ketika nabi berusia 35 tahun.
Dengan didikan seperti itulah sa’id bin ziad tumbuh dewasa, maka tak mengherankan ketika nabi saw menyampaikan risalahnya, ia dan istrinya langsung menerima dan menyambut seruan nabi. Tak ada ketakutan dan kekhawatiran walau saat itu kaum quaraisy melancarkan siksaan yang tak terhingga siksaan yang kejam dan berat  kepada para pemeluk islam, termasuk sang kakak iparnya sendiri yaitu umar bin khaththab, yang merupakan jagoan duel di pasar ukadz. Hanya saja ia masih menyembunyikan keislamannya dan istrinya. Sampai suatu ketika umar yang berwatak keras itu mengetahuinya juga.
Ketika itu sa’id dan istrinya sedang mendapatkan pengajaran al-quran dari sahabat khabbab bin arats, tiba-tiba terdengar ketukan,atau mungkin lebih tepat gedoran di pintu rumahnya. Ketika ditanyakan siapa yang mengetuk pintu rumahnya,  terdengar jawaban yang garang dari umar kakak iparnya sendiri.
Suasanan khusyuk  dalam pengajaran al-qur’an pun menjadi kacau, khabbab segera bersembunyi sambil terus berdoa kepada allah untuk memohon pertolongan untuk sa’id dan istrinya  menuju pintu sambil menyembunyikan lembaran lembaran mushaf di bajunya. Begitu dibuka pintu oleh sa’id, umar melontarkan pernyataan keras dengan sorot mata yang tajam dan menakutkan, ‘’benarkah  desas desus bahwa kalian telah murtad dari agama nenek moyang kita?
Sebelum kejadian itu umar telah berniat untuk membunuh nabi Muhammad saw. Karena dia menganggab nabi sebagai penyebab perpecahan yang terjadi di dalam kaum quraisy.
Tetapi ditengah perjalanan dia bertemu dengan nu’aim bin Abdullah yang meberitahukan bahwa adiknya, fathimah dan suaminya telah memeluk islam. Nu’aim pun lantas menyarankan kepada umar agar ia mengurusi kerabatnya dulu sebelum mengurusi orang lain. Karena itu tak heran kemarahan umar tertumpah kepada keluarga adiknya sendiri.
Sebenarnya said melihat bahaya yang tampak dari sorotan mata umar. Tapi keimanan yang membuat dirinya jadi berani untuk menghadapi umar. Bukannya menolak tuduhan umar said malah mengatakan yang sebenarnya” bagaimana pendapat anda wahai umar, jika kebenaran itu ternyata berada di pihak mereka??
Mendengar jawaban said seperti itu, umar langsung menerjang said dan menerkam said, umar memutar kepalanya kemudian membantingkan tubuh said ke lantai, setelah itu umar menduduki dada said. Sepertinya umar inigin memberikan pukalan pamungkas untuk mengakhiri hidup said.
Fhatimah istri said dan juga adik kandung umar sendiri, mendekat untuk membela suaminya, tetapi ia mendapatkan pukulan telak dan sangat keras di wajahnya sehingga terjatuh dan darah mengalir dari bibirnya. Keadaan sa’id  sangat kritis, ia bukan lawan duel yang sebanding dengan umar, dan ia hanya pasrah kepada allah jika umar ingin membunuhnya.
Tapi tiba-tiba terdengar suara lantang dan pekikan keras, bagaikan petir menyambar di siang bolong, alangkah erkejutnya umar ternyata sumber suara tersebut datang dari mulut adiknya sendiri, fhatimah bukannya ketakutan tapi malah berteriak sekencang mungkin dengan penuh keberanian “ hai musuh allah, kamu berani memukul saya karena saya beriman kepada allah…! Hai umar, perbuatlah sesuka hatimu, karena saya akan tetap bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali allah dan bahwa Muhammad adalah utusan allah….!
Umat tersentak, bagai tersengat listrik sejuta megavolt, pekikan itu seakan menembus langsung ke hatinya terkejut dan heran. Umar tak percaya, perempuan lemah seperti adiknya ini  berani mentangnya. Tapi justru dari keheranannyalah lalu dia menyuruh fhatimah membacakan bebarapa ayat al-quran kepada nya, umar pun meneteskan air mata mendengarkan ayat tersebut. Inilah yang menjadi titik balik dari umar untuk memluk islam.
Sebagaimana sahabat-sahabat yang memeluk islam pada masa awal, sa’id bin ziad merupakan sosok yang banyak menghabiskan waktu untuk beribadah kepada allah.
Sa’id hamper tidak pernah absen dalam berbagai peperangan dalam menegakkan panji islam di muka bumi ini.
Dia tidak mengikuti perang badar karena ia ditugaskan oleh nabi untuk memata-matai di syam, namun dia dimasukan oleh nabi sebagai ahlul badar.
Sa’id juga termasuk dalam 10 kelompok  sehabat yang dijamin oleh nabi saw akan masuk kedalam surge dalam masa hidupnya. 9 sahabat lainnya adalah  4 sahabat khulafaur rasyidin :
1.       Abdurrahman bi auf
2.       Sa’ad bin abi waqqash
3.       Zubair bin awwam
4.        Talhah bin uabaidah bin jarrah R.Hum
Sa’id sempat merasakan zaman kejayaan islam, dimana saat itu sangat banyak lowongan jabatan dikarenakan semakin luasnya wilayah islam , sesungguhnya ia  pantas memegang sebuah jabatan mengingat jasanya terhadap islam, namun ia memilih untuk jadi orang biasa dan menjadi prajurit biasa.
Seperti halnya jabatan yang dihindarinya begitupun dengan harta dia tidak terlalu memikirkan nya namun dsaat penaklukan mekah sa’id dipaksa oleh umar menerima bagainanya, sa’id pun terpaksa menerima jatah tersebut namun dia sedekahkan kembali sa’id hanya mengambil secukupnya saja.
Namun dengan cara hidupnya yang zuhud itu masih ada juga yang tega memfitnahnya bersikap duniawi.
Sa’id dituduh oleh seorang wanita bernama arwa binti aus, dia menuduh sa’id mengambil tanah nya, lalu wanita ini melaporkan ke gubernur madinah, disaat itu gubernur nya adalah marwan bin hakam, yang masih paman dari muawiyah, sa’id pun dipanggil oleh gubernur untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Setelah menghadap sa’id pun membantah tuduhann itu, tapi wanita itu masih saja menuduhnya  sa’id pun berkata “ aku mendengar rosullah bersabda : barang siapa yang mendzalimi seseorang degan sejengkal tanah, maka allah akan melilitnya dengan tujuh lingkaran bumi pada hari kiamat kelak. Kemudian dia menghadap ke kiblat dan berdoa :’’ ya allah apabila wanita ini sengaja membuat buat kebohongan ini, janganlah engkau mematikan ia kecuali setelah dia menjadi buta, dan hendaklah engkau jadikan sumurnya sebagai kuburannya….!!
Beberapa waktu kemudian wanita itu benar-benar menjadi buta, dan dalam keadaan seperti itu ia terjatuh di dalam sumur miliknya sendiri dan meninggal di dalam sumurnya.
Sebenarnya sa’id berdoa tidak terlalu keras, namun ada beberapa orang sempat mendengarkan doanya.
Kemudian segeralah mereka mengetahui bahwa sa’id tidak bersalah aliah hanya difitnah. Nama dan kebaikan sa’id semakin terkenal dan ia banyak didatangkan orang untuk minta didoakan.
Karena semakin hari semakin banyak oran yang berdatangan kepadanya, membuat sa’id tidak nyaman
Ditambah lagi semakin banyak saja orang yang mengagungkan harta khususnya kaum muslimin yang tinggal dimadinah, karena itu sa’id pun memilih pindah ke daerah pedalaman, yakni di aqiq, dan ia wafar di sana pada tahun 50 atau 51 hijriyah tetapi jenazahnya dibawa pulang kemadinah oleh sa’ad bin abi waqqash dan Abdullah bin umar keponakannya sendiri, kemudian dimakamkan di baqi di antara beberapa sahabat rosulullah saw yang lainnya.

No comments:

Pages